Sabtu, 26 September 2009

Incinerator Umum Alat Pengolahan Sampah

Permasalahan Limbah

Selama ini sampah menjadi masalah serius terutama di perkotaan. Banyak tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di permukiman penduduk, mencemari udara dan air tanah, dan menjadi tempat berkembang biak binatang maupun bakteri pembawa penyakit. Setelah berhari-hari menumpuk dan membusuk di TPS, sampah diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Puluhan truk pengangkut sampah melewati jalan umum, menebarkan bau tidak sedap dan bisa menyebarkan penyakit. Di TPA sampah juga hanya dibiarkan menumpuk, menggunung, mencemari udara, mencemari air tanah dalam skala lebih luas.

Sementara itu seiring dengan melajunya waktu dan berkembangnya penduduk, Naiknya volume sampah jauh melebihi kapasitas sarana dan prasarana Dinas Kebersihan Kota. Akibatnya banyak komunitas yang mencari jalan keluar sendiri dengan membakarnya, atau malah membuang sendiri kesungai yang tentunya bukanlah jalan keluar yang baik, karena akan lebih memperparah kerusakan lingkungan.

Salah satu teknologi alternatif telah dikembangkan untuk menangani permasalahan sampah dalam skala micro hingga makro. Teknologi tersebut dikenal dengan nama incinerator atau alat pembakaran sampah. Teknologi incinerator bekerja dengan cara membakar sampah secara optimal dengan pembakaran sempurna hingga sampah menjadi abu yang ramah lingkungan. Incinerator telah banyak digunakan di berbagai kota di Indonesia, akan tetapi incinerator yang digunakan masih belum optimal, tidak hanya mahal karena harganya sampai milyaran rupiah akan tetapi juga belum dapat menjawab semua permasalahan yang berhubungan dengan sampah dan lingkungan. Umumnya alat ini didatangkan dari luar negeri yang harganya mencapai milyaran rupiah, serta membutuhkan tenaga operator maupun teknisi yang terdidik dan terlatih. Incinerator luar ini dalam pengoperasiannya cukup memakan biaya besar karena dalam proses pemusnahan limbah membutuhkan bahan bakar dan listrik yang cukup besar secara kontinyu. Selain itu komponen alat tidak mudah didapatkan dipasaran dalam negeri sehingga cukup merepotkan takala terjadi kerusakan dan perawatan.

Lantas bagaimana cara memilih incinerator yang baik? Incinerator yang baik harus meliputi berbagai aspek, seperti aspek lingkungan, aspek ekonomis, aspek sosial dan lain sebagainya. Incinerator yang baik dituntut untuk dapat menjawab permasalahan-permasalahan berikut:

  • Pengurangan sampah yang efektif
  • Lokasi jauh dari area penduduk
  • Adanya sistem pemisahan sampah
  • Desain yang estetis
  • Pembakaran sampah mencapai suhu 800 o celcius
  • Emisi gas buang yang ramah lingkungan.
  • Perawatan yang teratur/periodik
  • Pelatihan Staf dan Manajemen

Permasalahan diatas menjadi syarat penting apabila incinerator dipilih sebagai alat pengolahan sampah modern yang ramah lingkungan. Dengan begitu, berbagai permasalahan sampah dari desa hingga kota dapat segera tertuntaskan hanya dengan adanya teknologi incinerator ini.


SOLUSI MAXPELL
Akhirnya setelah bertahun tahun team research Maxpell Techology telah menemukan dan mengembangkan sebuah alat pembakar sampah atau dikenal sebagai incinerator yang Mudah, Murah, Cepat serta Ramah Lingkungan.

Mudah

Incinerator Maxpell sangat mudah dalam mengoperasikannya, sehingga tidak memerlukan pelatihan khusus bagi calon operatornya.

Murah

Pada incinerator Maxpell, proses pembakaran tidak memerlukan energi lain berupa listrik,minyak bakar maupun gas sebab sampah itu sendiri yang diolah secara kimia dan fisika yang natural untuk menjadi bahan bakar Incinerator Maxpell.

Cepat

Dalam setiap bathnya, Incinerator Maxpell mampu membakar sampah antara 1200 hingga 1800 Ltr dengan waktu berkisar 0.5 s/d 1 jam.

Ramah Lingkungan

Dalam kondisi normal suhu pembakaran incinerator Maxpell mencapai 900 o C yaitu suhu yang aman untuk memusnahkan sampah infeksius dan menyebabkan senyawa beracun dapat terurai pada sistem pembakaran sempurna. Serta emisi gas buang Incinerator Maxpell jauh lebih baik dari standar baku mutu yang ditetapkan Lingkungan Hidup.

Bagaimana teknologi Maxpell menjawab semua permasalah sampah dari berbagai aspek kehidupan. Berikut ini merupakan keunggulan teknologi Maxpell dalam menjawab semua aspek yang berhubungan dengan permasalahan sampah.

Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi incinerator maxpell agar produk maxpell tidak hanya mengatasi masalah pencemaran juga sanggup untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dari sampah.

Pencemaran Dioksin

Dioksin merupakan jenis gas yang sangat beracun yang dapat memicu pertumbuhan kanker dalam sel tubuh manusia. Pengaruh dioksin pada manusia telah banyak menjadi perbincangan dalam dua dekade terakhir, bukan karena kestabilan dari dioksin tetapi disebabkan karena dioxin itu adalah suatu racun yang sangat kuat. Dioksin saat ini dipercaya sebagai senyawa yang paling beracun yang pernah ditemukan manusia, karena dapat menyebabkan kerusakan organ secara luas misalnya, gangguan fungsi hati, jantung, paru, ginjal serta mengganggu fungsi metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Pada percobaan terhadap binatang di laboratorium, dioksin menunjukkan carcinogenic (penyebab cancer ), teratogenic (penyebab kelahiran cacat) dan mutagenic (penyebab kerusakan genetic).

Pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat mengakibatkan pada pencemaran dioksin. Hal ini disebabkan oleh pembakaran yang tidak sempurna (400-600 o celcius) yang menyebabkan terbentuknya senyawa dioksin. Senyawa ini dapat terbentuk pada pembakaran dengan temperature yang rendah. Bahkan menurut beberapa pakar lingkungan menerangkan bahwa pembakaran dengan menggunakan incinerator pada temperatur 400 – 600 0 C merupakan kondisi yang optimum untuk pembentukan senyawa dioksin.

Lantas bagaimana incinerator maxpell menjawab permasalahan diatas? Maxpell Technology telah menghabiskan banyak riset agar teknologi incinerator milik maxpell dapat menjawab masalah pencemaran dioksin. Hasil riset dari Maxpell Technology akhirnya menjawab bagaimana incinerator Maxpell dapat mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya pencemaran dioksin.

Perbandingan

Hasil

Penyebab

Suhu Pembakaran

Fly ash / Abu Terbang Dioksin

TPS/TPA Konvensional

Menghasikan dioksin

Pembakaran tidak sempurna yang menyebabkan terbentuknya senyawa dioksin dan furan

200-400 Celcius

Ya, dikarenakan tidak ada filter/penyaring fly ash

Sistem Maxpell

Tidak Menghasikan dioksin

Pembakaran sempurna mencegah terbentuknya senyawa dioksin dan furan. Senyawa dioksin akan hancur terurai membentuk karbon dioksida/CO2 , air/H2O dan asam klorida/HCl.

900-1100 celcius

Tidak, dikarenakan asap yang menghasilkan fly ash di inject dengan uap air menjadi smoke fluid yang ikut terbakar kembali di dalam incinerator. Sistem maxpell juga memiliki Splitsel sebagai filter untuk mereduksi fly ash jika masih terdapat fly ash yang tidak ikut terbakar.

Incinerator Lain

Menghasikan dioksin

Pembakaran tidak sempurna yang menyebabkan terbentuknya senyawa dioksin dan furan

400-600 Celcius

Ya, dikarenakan tidak ada filter/penyaring fly ash

Tabel 1.1 Perbandingan Teknologi Konvensional dengan Teknologi Maxpell dalam mengatasi pencemaran gas beracun dioksin

Pencemaran Gas Metan

Selama ini gas metan masih menjadi kekhawatiran terbesar setelah karbon dioksida. Pasalnya, gas tersebut dianggap sebagai gas efek rumah kaca kedua setelah karbon dioksida berdasar besarnya efek pemanasan yang dihasilkan dan jumlahnya di atmosfer. Gas metan menyumbang sepertiga dari efek karbondioksida terhadap pemanasan global. Menurut beberapa penelitian, molekul metan mampu menghasilkan efek pemanasan 23 kali lebih besar dari molekul CO2.

Timbunan sampah telah menjadi salah satu penyumbang besar pencemaran gas metan. Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 Kg gas metan setiap harinya. Hal ini disebabkan pembusukan sampah oleh bakteri pengurai secara alami yang menghasilkan gas metan, karbon dioksida, dan sejumlah gas lainnya yang berbahaya bagi lingkungan.

Tempat penampungan akhir (TPA)/Tempat pembuangan sementara (TPS) diindikasikan telah mengeluarkan gas beracun berbahaya jenis metan. Bila tidak segera diantisipasi, besar kemungkinan gas berbahaya itu bisa merenggut nyawa orang yang berada di radius terdekat dari TPA/TPS. Masyarakat yang menghirup gas metan setiap harinya dapat dimungkinkan mengalami kerusakan organ dan sel tubuh atau bahkan dapat meninggal dunia jika terus menerus menghirup gas metan. Selain itu, gas metan sewaktu-waktu dapat meledak jika kandungannya sudah berlebihan.

Teknologi incinerator Maxpell telah terbukti dapat mencegah dan mengurai kerusakan lingkungan dari gas metan dengan adanya sistem datang, bakar, habis. Sampah yang baru datang ke tempat penampungan akan langsung dibakar habis sehingga pembusukan sampah oleh bakteri pengurai dapat dihindari agar tidak menghasilkan gas metan yang berbahaya.

Perbandingan

Hasil

Penyebab

TPS/TPA Konvensional

Ya

Terjadinya pembusukan sampah oleh bakteri pengurai. Proses alami ini menghasilkan gas metan, karbon dioksida, dan sejumlah gas lainnya.

Sistem Maxpell

Tidak

Gas metan tidak terproduksi pada sampah dikarenakan tidak terjadi pembusukan sampah oleh bakteri pengurai karena sampah langsung di bakar dengan incinerator.

Incinerator Lain

Tidak

Gas metan tidak terproduksi pada sampah dikarenakan tidak terjadi pembusukan sampah oleh bakteri pengurai karena sampah langsung di bakar dengan incinerator.

Pencemaran Gas Lainnya

Pencemaran lain yang berbahaya bagi manusia adalah mengenai emisi gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran. Pencemaran emisi sebenarnya telah diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Emisi tidak bergerak untuk jenis kegiatan lain. Peraturan ini mengatur standar baku mutu gas buang yang dihasilkan oleh mesin pembakaran agar ramah lingkungan dan tidak mencemari udara sekitar.

Teknologi incinerator Maxpell telah teruji pada Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan(LPKL) Bandung sehingga pencemaran gas lain yang membahayakan manusia dan lingkungan dapat dihindari.

Perbandingan

Polusi Udara

Pencemaran Udara (Bau tidak sedap)

TPS/TPA Konvensional

Ya

Pembakaran tidak sempurna yang menyebabkan terbentuknya gas-gas yang mencemarkan udara seperti Amonia (NH3),Gas Klorin (CL2),Hidrogen Klorida (HCL),Hidrogen Florida (HF),Nitrogen Oksida (NO2),Sulfur Dioksida (SO2),Total Sulfur Tereduksi (H2S) dan gas lain yang berbahaya dan tidak sesuai dengan standar baku mutu.

Ya

Terjadinya pembusukan sampah oleh bakteri pengurai. Proses alami ini menghasilkan gas metan, karbon dioksida, dan sejumlah gas lainnya. Gas yang dihasilkan tidak hanya mencemarkan lingkungan juga menyebabkan bau tidak sedap disekitar lokasi.

Sistem Maxpell

Tidak

Dengan proses gasifikasi, perolisis dan filterisasi menggunakan splitsel maka polusi udara atau gas yg mencemarkan udara dapat direduksi secara maksimal. Lihat Hasil Uji Laboratorium Gas Buang (Emisi) terlampir.

Tidak

Dengan adanya incinerator, sampah yang datang tidak perlu ditimbun dan dapat langsung dibakar sehingga proses pembusukan oleh bakteri dapat dihindari.

Incinerator Lain

Ya

Banyak incinerator lain yang belum mengimplementasikan filterisasi dan reduksi gas buang pada incineratornya.

Tidak

Dengan adanya incinerator, sampah yang datang tidak perlu ditimbun dan dapat langsung dibakar sehingga proses pembusukan oleh bakteri dapat dihindari.

Aspek Ekonomis

Permasalahan sampah saat ini memang menjadi kendala bagi pemerintah dalam pengelolaannya. Tidak hanya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah yang sangat besar juga tingkat efesiensi pengelolaan sampah masih dipertanyakan jika permasalahan sampah masih menggunakan metode konvensional dengan cara menumpuk sampah pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tidak hanya memperberat anggaran pemerintah untuk pengolahan sampah juga berdampak bagi masyarakat sekitar TPS/TPA.

Sampah jika dapat dikelola dengan baik dapat menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi pemerintah, pengelola swasta atau masyarakat. Hal ini dibuktikan jika terjadi pemilahan sampah antara sampah yang dapat didaur ulang dengan yang tidak. Sampah yang dapat didaur ulang dapat dijual kembali dan menghasilkan keuntungan yang besar jika dapat dikelola secara baik dan benar.

Efisiensi Anggaran Pemerintah

Teknologi dan sistem maxpell secara nyata dapat mengurangi beban pemerintah dalam upaya penanganan masalah sampah. Sistem maxpell memfokuskan permasalahan sampah mulai dari skala micro, yaitu dari Rukun Warga atau Kelurahan. Sistem inilah yang mampu mengurangi beban anggaran pemerintah dikarenakan sampah yang berada ditingkat kelurahan sudah dapat ditanggulangi dengan baik tanpa harus diteruskan ke Tempat Pembuangan Akhir(TPA).

Masalah

TPS/TPA Konvensional

Sistem Maxpell

Incinerator Lain

Perlu pemilahan sampah

-

l

l

Perlu petugas pengangkut sampah

l

l

l

Perlu penampungan

l

l

l

Perlu biaya untuk petugas TPS

l

-

l

Perlu biaya untuk petugas TPA

l

-

l

Perlu penampungan TPS

l

-

l

Perlu penampungan TPA

l

-

l

Perlu biaya kendaraan pengangkutan sampah ke TPS

l

-

l

Perlu biaya kendaraan pengangkutan sampah ke TPA

l

-

l

Perlu relokasi TPS karena daya muat

l

-

-

Perlu relokasi TPA karena daya muat

l

-

-

Perlu biaya lain

l

-

l

Keuntungan Ekonomis dari Sistem Maxpell

Apabila sampah dapat dikelola dengan baik oleh masyarakat maupun pemerintah, sampah yang dapat didaur ulang dapat dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan. Dengan adanya konsep pemilahan sampah organik dan non organik, tentunya akan dengan mudah diperkirakan berapa keuntungan hasil pengolahan sampah yang dapat di daur ulang. Untuk memudahkan perkiraan keuntungan dari hasil pengolahan sampah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No

JENIS BARANG

HARGA PER-KG (Rp)

1

Kertas bersih

400

2

Kertas kotor

50

3

Kardus

250

4

Plastik lemas

300

5

Plastik ember

700

6

Botol aqua

100

7

Kresek (HD)

50

8

Kaleng

75

9

Beling putih

50

10

Kuningan

5000

11

Tembaga

5000

12

Aluminium

4000

13

Besi super (asli)

300

14

Besi Campuran

250

15

Kaleng minuman (Sari)

3000

16

Sandal, slang (Nilek)

750

17

Tempat odol (Pepsodent)

700

Hasil penelitian YDD di TPA Kricak Desember 1999

Murah dan terjangkau

Incinerator Maxpell berbeda dengan incinerator lain. Umumnya incinerator lain didatangkan dari luar negeri yang harganya dapat mencapai milyaran rupiah. Berbeda dengan incinerator Maxpell, incinerator ini murni buatan dalam negeri dan menggunakan bahan baku yang banyak terdapat didalam negeri sehingga biaya pembuatan relatif murah dan biaya perawatan yang terjangkau mengingat tingkat kesulitan untuk perawatan dan penggantian sparepart dapat diperoleh di dalam negeri.

Aspek Sosial

Maxpell Technology memiliki konsep pengelolaan sampah skala micro yang dapat menciptakan budaya baru bagi masyarakat mengenai masalah sampah. Sistem Maxpell ini dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan membangun budaya masyarakat peduli lingkungan hidup. Sistem ini juga membuka peluang lapangan kerja baru bagi masyarakat serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara kolektif. Dengan adanya kebutuhan operator dan manajemen pengelolaan sampah, maka lapangan kerja bagi masyarakat miskin dapat terserap jika konsep maxpell diimplementasikan.

Partisipasi masyarakat dapat dilihat pada gotong royong masyarakat dalam melakukan pemilahan sampah mulai dari tingkat rumah tangga. Model ini sengaja dikembangkan maxpell agar memudahkan pemilahan sampah dan masyarakat/manajemen pengelolaan sampah/petugas pengangkut sampah dapat mendapatkan keuntungan dari sampah yang dapat didaur ulang untuk dijual kembali. Tidak hanya itu, hasil pembakaran sampah pada incinerator Maxpell dapat digunakan untuk pembuatan batu bata atau bahan bangunan lainnya yang dapat digunakan oleh masyarakat atau dijual oleh manajemen pengelola sampah.

Model Pengolahan Sampah Skala Micro berbasis rumah tangga

  1. Himbauan kepada masyarakat untuk sejak dini melakukan pemilahan sampah organik dan non organik guna mempermudah pengelolaan sampah
  2. Himbauan kepada masyarakat / ketua rukun warga / rukun tetangga untuk memiliki tempat sampah organik dan non organik
  3. Himbauan kepada masyarakat / kelurahan / ketua rukun warga / rukun tetangga untuk memiliki tempat penampungan sampah organik dan non organik skala micro berbasis RT/RW/Kelurahan
  4. Pemilahan sampah pada tempat penampungan untuk menentukan dan mengumpulkan sampah mana yang dapat didaur ulang atau dijual kembali
  5. Manajemen pengelolaan sampah dapat dikoordinir oleh RT/RW/Kelurahan
  6. Hasil pendapatan pengolahan sampah dapat menjadi kas warga untuk pengembangan atau pemenuhan kebutuhan warga.

Teknology Incinerator Maxpell

Teknologi incinerator Maxpell berbeda dengan teknologi incinerator yang lainnya. Incinerator Maxpell didesain khusus untuk dapat menjawab permasalahan sampah dan incinerator lain yang ada. Salah satu penerapan teknologi incinerator Maxpell adalah pada aspek lingkungan dan aspek ekonomis. Sehingga teknologi incinerator Maxpell dikenal sebagai incinerator yang Mudah, Murah, Cepat serta Ramah Lingkungan

Keunggulan Teknologi

Teknologi Incinerator Maxpell dirancang agar memiliki beberapa kemudahan untuk dioperasikan. Beberapa keunggulan incinerator Maxpell adalah:

• Tidak membutuhkan tempat luas,

• Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah,

• Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 900 o C,

• Bekerja efektif tanpa bahan bakar tambahan,

• Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu,

• Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara konstan,

• Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar,

• Perawatan yang mudah dan murah,

• Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan bangunan.

Penjelasan Teknologi Incinerator Maxpell

Teknologi Perolisis

Pada start pembakaran, api akan memanaskan sistem Maxpell, dimana aero support akan memasok udara secara otomatis sehingga api akan membesar dan panas akan meningkat hingga mencapai suhu 400 o celcius. Pada suhu ini, terjadi proses perolisa yaitu proses pembentukan gas dari asap disaat terjadi pengarangan. Dalam kondisi ini gas akan mudah terbakar terlebih dengan adanya pasokan aero support secara kontinu gas akan terbakar habis dengan sangat cepat. Ketika proses perolisa berjalan sempurna, maka pembakaran menjadi sempurna, dimana suhu didalam ruangan dan di cerobong akan meningkat hingga 900 o celcius.

Teknologi Hydroprocess

Berbeda dengan teknologi pembakaran sampah konvensional, incinerator Maxpell menggunakan sistem hydroprocess, dan hydroprocess akan mulai bekerja setelah kurang lebih 5 menit pada saat pembakaran sampah dilakukan. Pembakaran sampah kering akan memanaskan sampah diatasnya sekaligus memanaskan suhu dalam incinerator, dan mempercepat sirkulasi udara di dalam ruangan pembakaran. Akibat dari suhu yang panas, maka tekanan udara di dalam ruangan menjadi jauh lebih rendah daripada tekanan udara di luar ruangan. Cepatnya sirkulasi udara di dalam ruangan memicu aktifnya instalasi Hydroprocess. Panasnya suhu dalam ruangan akan membuat air pada sistem Hydroprocess mendidih dan menghasilkan uap yang dapat menyerap racun dan bau serta mengubah partikel karbon menjadi bersifat magnet dan bisa ditangkap oleh splitcell sebelum keluar melalui cerobong. Asap yang keluar akan jauh berkurang, dan berwarna putih bahkan hampir tidak terlihat ketika instalasi bekerja sempurna.

Teknologi Splitcell

Dalam kondisi partikel bersifat magnetis, partikel-partikel yang keluar dari hasil pembakaran akan ditangkap oleh splitcell yang dibuat dari ratusan lempengan baja dengan lapisan khusus. Partikel yang telah ditangkap oleh splitsell kemudian akan terbakar kembali dikarenakan suhu didalam ruangan dan cerobong yang tinggi serta terjadinya gasifikasi proses perolisa mengakibatkan partikel-partikel yang tertangkap oleh splitcell akan habis terbakar.

Teknologi Natural Aero Support

Sistem pemasokan udara terjadi secara otomatis berdasarkan kaidah-kaidah fisika. Dimana dalam ruangan yang panas, udara akan habis terbakar dan mengakibatkan kekosongan udara dalam ruang pembakaran. Pada saat inilah ruangan akan segera terisi kembali oleh udara yang suhu yang lebih rendah melalui celah-celah sistem aero support.

Teknologi Isolator

Incinerator Maxpell dilapisi oleh dinding yang terbuat dari carbon silika serta bahan-bahan khusus lain yang mempunyai kemampuan meredam panas yang ditimbulkan. Dinding ini akan menetralkan suhu diluar ruangan dari karena sifatnya yang tidak menghantarkan panas. Sehingga pada saat terjadinya pembakaran dalam incinerator, dinding luar incinerator akan aman untuk disentuh atau dipegang walau incinerator yang bekerja secara optimal.

• Cerobong Asap: untuk mengarahkan asap ke ketinggian agar tidak menyebar ke permukiman dan mengganggu sistem pernafasan.

• Roof: melindungi sistem ruang pembakaran dari hujan.

• Splitcell: komponen yang berfungsi menangkap partikel-partikel karbon dan mengurangi tingkat polusi asap.

• Insulation wall: struktur pelindung sistem, penyangga bak pembakar sampah, dan menahan suhu udara ruang pembakaran agar tidak mempengaruhi udara luar.

• Waste entrance: lubang untuk memasukkan sampah ke dalam ruang pembakaran

• Waste Chamber: ruang pembakaran sampah dengan volume 1.2 M 3 & 1.8 M 3

• Chamber wall: dinding pembakar sampah dari baja setebal 3 mm.

• Hydroprocess: berisi air yang berfungsi mengimbas asap sehingga bersifat magnet dan bisa ditangkap oleh splitcell.

• Dust hole: lubang untuk mengambil abu yang menumpuk di bagian bawah ruang pembakaran, juga untuk memasukkan api di awal pembakaran.

• Air suport: lubang sirkulasi udara di pondasi untuk mendukung percepatan pembakaran.

• Struktur Based : Bagian penyangga struktur

Cara Kerja Incinerator Maxpell
Agar incinerator dapat beroperasi optimal dan keamanan terjamin maka dilakukan prosedur pembakaran sebagai berikut:

• Masukkan sampah kering di tempat paling bawah sebanyak kurang lebih 20 hingga 40 % sebagai pemicu pembakaran. Selanjutnya masukkan sampah sampai penuh.

• Lakukan pembakaran dari bawah dengan memasukkan api melalui lubang pembuangan abu.

• Begitu sampah di dalam ruang pembakaran mulai turun, masukkan lagi sampah sampai penuh. Pemasukan sampah ke dalam ruang pembakaran bisa dilakukan dalam rentang waktu 30 menit sejak mulai pembakaran dan tiap 20 menit di waktu berikutnya .

• Pembakaran sampah akan menghasilkan abu sebanyak + 2 % volume sampah. Keluarkan abu yang terkumpul di lubang pembakaran dengan menggunakan skop, agar tidak menghambat sirkulasi udara di dalam ruang pembakaran sampah.

Text Box: Peringatan!    Agar ruang pembakaran bisa bekerja secara optimal, hindari memasukkan sampah yang bisa meledak atau sampah yang bisa menghasilkan pemanasan sangat tinggi, antara lain: botol atau kaleng bekas mengandung aerosol, kaca, bongkahan kayu ukuran besar.

Product Teknologi Maxpell

Maxpell memiliki beberapa produk incinerator berdasarkan tipe dan ukuran. Penyesuaian kebutuhan ini dilakukan agar teknologi yang dipilih tepat guna untuk mengatasi permasalahan yang ada. Berikut ini adalah beberapa produk teknologi Maxpell untuk pengolahan sampah beserta spesifikasinya.

Incinerator Maxpell T 1,2



Dimention

1400 X 1400 X 7000

Chimney

Steel plate

Triple roof

Steel plate

Waste Chamber

As ST 10 mm

Insulation wall

Insulator brick

Lamination wall

Galvanized plate

Splitcell

Stainlessteel

Hydroprocess

Stainlessteel

Capasity

1.2 M3 / 1200 Liter

Duration

30 ‘– 60 ‘

Deep temperature

> 900 0 C

Out temperature

30 0 C

Space area

16 M 2

Operator

2

Incinerator Maxpell T 1,8



Dimention

1500 X 1500 X 7000

Chimney

Steel plate

Triple roof

Steel plate

Waste Chamber

As ST 10 mm

Insulation wall

Insulator brick

Lamination wall

Galvanized plate

Splitcell

Stainlessteel

Hydroprocess

Stainlessteel

Capasity

1.8 M3 / 1800 Liter

Duration

30 ‘– 60 ‘

Deep temperature

> 900 0 C

Out temperature

30 0 C

Space area

16 M 2

Operator

2

Implementasi Product Maxpell

Produk teknologi incinerator Maxpell telah teruji keberhasilannya, hal ini dibuktikan bahwa teknologi incinerator maxpell telah banyak digunakan dibeberapa tempat khususnya untuk menangani permasalah limbah medis dan sampah. Dibawah ini adalah bukti bahwa teknologi incinerator Maxpell telah diimplementasikan dengan baik dan hingga saat ini teknologi incinerator Maxpell masih digunakan dengan sempurna untuk mengatasi limbah / sampah.

No

Daerah Installasi Incinerator Maxpell

Jumlah

1

Installasi Incinerator di Ambon - Maluku Tengah

31 unit

2

Installasi Incinerator di Rengat - Riau

2 unit

3

Installasi Incinerator di Majalaya – Jawa Barat

2 unit

4

Installasi Incinerator di Subang – Jawa Barat

4 unit

5

Installasi Incinerator di Cimahi – Jawa Barat

2 unit

6

Installasi Incinerator di Bandung – Jawa Barat



1. Riung Bandung

1 unit


2. Ancol Timur

1 unit


3. Cijerah

1 unit


4. Universitas Widyatama

1 unit




Selengkapnya...

Solusi Masa Depan Masyarakat Pesisir

Kpt. Laut (KH) Djemy Wagiu

Angin dan matahari adalah anugerah Tuhan yang tidak terbatas yang tidak pernah habis-habisnya sejak bumi ini diciptakan sampai sekarang. Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini manusia mulai menciptakan pembangkit listrik tenaga angin dan matahari. Selain pembangkit-pembangkit listrik lain yang sudah lama digunakan oleh manusia diantaranya (PLTA, PLTU, PLTG, PLTN dan lain) yang sudah tersosialisasi pada Negara-negara maju dan berkembang.

Pembangkit listrik tenaga angin dan matahari sangat cocok untuk wilayah pesisir pantai yang memiliki cuaca yang berubah-ubah. Seperti pada Nusa Tenggara Timur terutama di desa Oeledo Ka-bupaten Rote menjadi desa percontohan pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dan matahari. Karena kondisi Negara Kepulauan Republik Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan dihuni oleh masyarakat pesisir, yang memiliki tingkat ekonomi dan sosial budaya sangat memprihatinkan, salah satu penyebab utama minimnya ekonomi dan sosial budaya masyarakat pesisir adalah karena tidak adanya listrik.

Struktur Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari

Pembangkit listrik tenaga angin dan matahari merupakan teknologi hibrida yang terbilang baru dan ramah lingkungan, pertama diperkenalkan oleh Guiseppe seorang doktor dari perusahaan listrik Italia tahun 1995.

Dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga angin saja maupun tenaga matahari saja, teknologi hibrida ini jelas lebih tinggi karena tak sepenuhnya bergantung pada matahari. Maka, bila langit medung atau malam tiba dan matahari lenyap, pembangkit listrik akan digerakkan oleh kincir angin jadi listrikpun tetap mengalir.

Sebaliknya, ketika angin sedang loyo berhembus, panel-panel sel surya penangkap sinar matahari bisa terus memasok listrik. Pembangkit listrik ini cocok untuk daerah yang cuacanya sering berubah-ubah seperti di pesisir pantai. Teknologi pembangkit listrik ini sebenarnya tak rumit. la terdiri dari tiga bagian utama yaitu :

Kincir angin. Panel berisi sel surya dan Penyim-panan listrik seperti terlihat pada Gambar 1. Angin bertiup, bilah-bilah kincir akan bergerak memutar dinamo (dynamo) yang membangkitkan arus listrik. Listrik ini kemudian disalurkan ke bagian penyimpanan yang berupa sejumlah aki mobil. Pada saat yang sama, ketika matahari bersinar panel sel surya akan menangkap sinar untuk diubah juga menjadi listrik. Panel ini berisi sel photovoltaic yang terbuat dari dua lapis silicon. Ketika terkena sinar matahari, dua lapisan silicon akan menghasilkan ion positif dan negative, dan listrikpun akan tercipta. Listrik dari panel surya dan kincir angin itu masih berupa arus searah (direct current, DC). Padahal alat rumah tangga seperti televisi, radio, kulkas, dll, membutuhkan listrik berarus bolak-balik (alternating current, AC). Untuk itulah dibutuhkan inverter, pengubah arus DC menjadi AC 220 Volt. Pembangkit listrik ini bisa menghasilkan daya 50 kilowatt atau cukup untuk 600 kepala keluarga, dengan masing-masing keluarga memakai daya listrik 450 watt.

Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari

Kelebihan :

1. Ramah Lingkungan (environmental friendly)

2. Praktis digunakan pada wilayah pesisir pantai

3. Tidak memerlukan perawatan khusus

4. Teknologinya tidak rumit

5. Disainnya dari bahan yang tidak mudah karatan (korosi)

6. Mudah mengoperasikan

Kekurangan :

1. Butuh biaya yang cukup besar untuk pembelian dan pelatihan operator teknis

2. Tersedianya suku cadang dan aki mobil yang cukup, apalagi letaknya jauh di pulau

Desa Percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari

Berkat angin dan sang surya, desa Oeledo yang terpencil di tepi Selat Timor, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur itu kini tidak lagi sunyi, malam-malam tak lagi gelap. Inilah listrik yang lahir dari perkawinan sang angin dan matahari.

Pembangkit listrik ini dibangun pada tahun 1997 oleh E7 (konsorsium perusahaan listrik dari tujuh negara maju, yakni : Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Italia, Inggris dan Amerika Serikat). Desa Oeledo dipilih karena letaknya terisolasi, punya potensi angin dan matahari yang cukup, serta belum ada listrik dari PLN seperti pada Gambar 2. Masyarakat desa Oeledo sebelum ada listrik kondisinya sangat memprihatinkan (nelangsa), Ketika listrik mulai mene-rangi desa, kehidupan warga Oeledo pun membaik. Mesin jahit, frezer pendingin, alat tenun, gergaji listrik dan industri rumahpun tumbuh dengan pesat. Rata-rata perbulan masyarakat desa Oeledo membayar listrik Rp.5.000 perbulan untuk daya 450 watt (tahun 1997).

Masalah Masyarakat Pesisir Saat ini

Masalah utama masyarakat pesisir yang tinggal di pulau terpencil adalah tidak tersedianya listrik, jadi masyarakat memanfaatkan hasil pertanian berupa kelapa dibuat kopra untuk minyak goreng dan dimanfaatkan sebagai obor atau bahan bakar lampu dinding serta ada juga yang sudah menggunakan minyak tanah untuk penerangan (lampu petromaks), tapi tidak sedikit masyarakat pesisir yang pernah menggunakan Generator Disel beralih ke penerangan tradisional karena mahalnya BBM (Dahuri, R., 1998).

Kondisi masyarakat yang bermukim pada daerah pesisir terutama pada pulau terpencil ini sangat terisolir karena lokasinya yang jauh dan sulit dijangkau, menyebabkan masyarakat pesisir terutama pulau terpencil memiliki keterisolasian yang tinggi dan keterbelakangan pembangunan. Sementara itu, perhatian pemerintah baik di pusat maupun daerah masih sangat rendah.

Menurut Dephan (2003) dan Dishidros TNI AL (2003) dan 17.504 pulau-pulau yang dimiliki Indonesia, terdapat 92 pulau-pulau kecil berada pada posisi terluar, 67 pulau di antaranya berbatasan langsung dengan negara tetangga sebagai pulau-pulau kecil perbatasan. Dan 67 pulau tersebut (28 pulau berpenduduk dan 39 pulau belum berpenduduk). Sedangkan 12 pulau di antaranya rawan penguasaan efektif oleh Negara lain. Kehidupan masyarakat yang ber-mukim pada 28 pulau yang berpenduduk, umumnya sebagai nelayan sehingga keterbelakangan dan kemiskinan akibat keterisolasian ini menjadi pemicu tingginya keinginan masyarakat setempat menjadi pelintas batas, guna memperbaiki perekonomiannya. Kesenjangan safana dan prasarana wilayah menjadi pemicu orientasi perekonomian masyarakat negara tetangga bagi masyarakat pesisir yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti kasus Pulau Sebatik, misalnya aksebilitas ke Kota Tawao (Malaysia) lebih mudah dibandingkan aksebilitas ke Kota Nunukan.

Sosialisasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari Untuk Masyarakat Pesisir

Kalau dilihat dan kondisi ekonomi masyarakat pesisir yang umumnya mengandalkan musim untuk menangkap ikan di laut, maka pendapatan penghasilan tiap bulan tidak menentu. Untuk itu perlunya sosialisasi pembangkit listrik tenaga angin dan matahari sebagai langkah awal bangkitnya kehidupan masyarakat pesisir untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang Adil dan Makmur (Pembukaan UUD 1945). Untuk mewujudkan impian masyarakat pesisir ini perlu kerjasama melalui kemitraan antara Instansi Kebaharian dalam mensosialisasikan Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari seperti yang sudah beroperasi di Desa Oeledo, Nusa Tenggara Timur.

Pandangan kedepan untuk kemajuan seluruh masyarakat Indonesia perlu perhatian yang serius bagi masyarakat pesisir yang bermukim di pulau oleh pemerintah pusat, daerah dan TNI, dengan mensosialisasikan Pembangkit Listrik ini dalam rangka mengentaskan ketertinggalan saudara-saudara kita yang bermukim di pulau terpencil, karena mereka juga merupakan bagian dari masyarakat Indonesia dalam satu kesatuan NKRI.©

ISLAM dan TRADISI KEILMUWAN

Sebelum membahas sejarah tradisi pendidikan (keilmuwan) dalam Islam. Terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai pengertian pendidikan Islam. Ada beberapa definisi yang dikeluarkan oleh pakar-pakar pendidikan agama Islam yang semuanya menjurus kepada definisi yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri (Ditbinpasiun): “Pengertian pendidikan agama Islam adalah suatu bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya, sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.”

Menurut penulis definisi inilah yang paling benar karena hal ini dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari si terdidik.

Islam telah menjadi Negara super power selama kurang lebih 14 abad dan selama itulah Islam telah meninggalkan harta paling berharga untuk umat manusia diseluruh dunia yakni pendidikan. Di dalam Islam pendidikan adalah yang utama. Makna kata “Iqra” adalah motivasi bagi manusia untuk belajar. Di dalam Islam orang berilmu itu diangkat derajatnya oleh Allah SWT (lihat QS. Al-mujadalah: 11). Sehingga benarlah firman Allah yang menyatakan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Jadi salah besar jika Islam dikatakan sebagai agama pedang dan barbar.

Sistem pendidikan (sains) didalam Islam tidak terbelit-belit. Jika ada yang tertarik kepada sesuatu mata pelajaran, maka ia boleh fokus pada mata pelajaran tersebut. Walaupun itu adalah yang diminati adalah ilmu nuklir. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan warganya ditangani langsung oleh khalifah. Setiap warganya boleh menuntut ilmu, tidak perduli ia miskin atau kaya. Pada saat itu beasiswa adalah biasa, karena pada saat itu sekolah gratis. Biaya pendidikan pada saat itu ditanggung sepenuhnya oleh khalifah. Luar biasa!

Keilmuan tentu tak bisa di pisahkan dari keislaman seseorang, karena taat tidaknya seorang muslim di tentukan oleh seberapa besar pengetahuan dan kepahamannya tentang keislaman itu sendiri. Kita dapat membandingkan antara orang muslim yang paham Islam dengan seorang muslim yang hanya sekedar mewarisi keislaman turunan dari keluarganya.

Islam telah mewajibkan seseorang untuk menuntut ilmu bahkan rasullullah pernah bersabda : “tuntutlah ilmu walaupun sampai di negeri cina”. Maka tidaklah mengherankan bila peradaban yang dibangun oleh Islam mampu menelurkan tokoh-tokoh Ilmuan besar yang karya-karyanya bahkan menjadi rujukan para Ilmuan-ilmuan di barat yang lahir kemudian pasca kemunduran berfikir Islam.

Sejak awal berdirinya Negara Islam di Madinah Al-Munawarah, aspek keilmuan dan pendidikan sangat diperhatikan. Rasul saw pernah memberi syarat kepada para tawanan perang yang tidak sanggup membayar fidyah (tebusan), agar masing-masing dari mereka mengajarkan membaca dan menulis kepada 10 anak-anak kaum muslimin sebagai ganti dari pembebasan mereka setelah Perang Badar. Contoh lain adalah Umar bin Khaththab yang pada masa pemerintahannya, ia menunjuk beberapa orang untuk memeriksa setiap pejalan kaki. Siapa saja yang kedapatan belum mengikuti proses pembelajaran, maka orang tersebut akan di bawa ke kuttab untuk di didik. Perhatian terhadap ilmu dan pendidikan ini berlangsung sepanjang masa Daulah Islamiyah. Daulah juga mendirikan sekolah-sekolah, universitas-universitas, dan perpustakaan-perpustakaan. Kaum muslim pada masa itu juga menerjemahkan berbagai buku berbahasa Yunani, Persi, Hindia ke dalam bahasa Arab.

Secara garis besar terdapat 4 bentuk Lembaga Keilmuan kaum muslim yang pernah ada :

  1. 1. Al-Katatib

Adalah sebuah wadah keilmuan untuk mempelajari Al-qur’an, menulis dan berhitung. Seorang pengajar bertanggung jawab di dalamnya (untuk tiap kelas). Al-Katatib senantiasa ada sepanjang kehidupan Daulah Islamiyah baik di kota maupun di desa-desa.

  1. 2. Halaqah di masjid-masjid

Para qari (pembaca), ahli fiqih, dan ahli Hadits melakukan halaqah-halaqah mereka di masjid-masjid Jami’ yang besar. Mereka duduk didalamnya untuk mengajar atau membimbing, sedangkan para penuntut ilmu duduk di sekeliling mereka. Ilmu yang mereka tuntut antara lain bidang fiqih, hadits, tafsir, dan bahasa.

  1. 3. Lembaga Al-Qur’an dan Al-Hadits

Orang yang pertama-tama mendirikan tempat dan dibuat berkelas-kelas untuk mempelajari A-Qur’an adalah Muqri’ Rasy-an bi Nazhif ad-Dimsyqi pada tahun 400 H di Damaskus. Orang pertama yang membangun tempat khusus untuk bidang Hadits adalah Sultan Nuruddin Mahmud bin Zankiy, juga di Damaskus. Setelah itu tempat-tempat semacam ini tersebar luas di berbagai ibukota negeri-negeri Islam.

  1. 4. Madrasah (sekolah) dan Jami’ah (universitas)

Lembaga-lembaga semacam ini telah ada sejak abad 5 H. Pada saat sekolah-sekolah sangat spesifik/khusus untuk setiap cabang ilmu, seperti sekolah teknik di Damaskus. Begitu juga sekolah-sekolah Kedokteran.

Ini membuktikan bahwa di awal-awal masa Islam berkuasa pendidikan sudah menjadi suatu keharusan, bahkan disaat eropa masih dalam masa kegelapan (Dark Age), Daulah Islamiyah sudah jauh lebih unggul dan telah memiliki bentuk-bentuk khusus lembaga pendidikan yang siap menampung kaum muslim maupun orang barat seperti Universitas Cordova yang didirikan oleh Al-Hakam bin Abdurrahman an-Nashir di daerah taklukan Islam Andalusia (sekarang Spanyol). Dan tercatat sejumlah besar universitas lain yang didirikan di daerah kekuasaan Islam yangn pada masa itu terbentang hingga 2/3 dunia. Salah satu Universitas besar lainnya seperti Universitas Mustansyiriah di Baghdad.

Universitas-universitas ini telah mencetak para ilmuwan yang pengaruhnya mendunia hingga saat ini melalui berbagai temuan-temuannya, seperti al-Khawarizmi, Ibnu al-Haitsam, Ibnu Sina, Jabir bin Hayan, dan sebagainya.

Berikut beberapa pakar Islam yang karyanya mampu membuat mata dunia terbuka dan berdecak kagum :

- al-Khawarizmi ; ahli matematika, penemu angka nol, sekaligus pencipta salah satu cabang ilmu matematika, algoritma. Beberapa karyanya diterjemahkan kedalam bahasa latin pada awal abad ke-12 dan terus dipakai selama 400 tahun (hingga abad ke-16) sebagai buku pegangan dasar universitas-universitas di Eropa.

- Ibnu al-Haitsam ; master ilmu alam dan ilmu pasti. Ia menulis buku berjudul Al-Manazhir yang berisi tentang ilmu Optick. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Frederick Reysnar, dan diterbitkan di Swiss pada tahun 1572 dengan judul Opticae Thesaurus.

- Ibnu Sina ;(dikenal di barat dengan nama Aveciena). Adalah seorang pakar kedokteran terkemuka hingga abad ini. Ia meniggalkan karya sekitar 267 buku. A-Qanun fi ath-Thibb adalah bukunya yang terkenal di bidang kedokteran.

- Jabir bin Hayyan ; master ilmu kimia yang diakui dunia. Karya-karya beliau di bidang ilmu kimia__termasuk kitabnya yang terkenal: Kitab al-Kimya dan kitab as-Sabi’in sudah banyak diterjemahkan kedalam bahasa latin. Terjemahan kitab al-Kimya bahkan telah diterbitkan oleh orang Inggris bernama Robert Chester tahun 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy.

Serta tak terhitung ribuan karya para Ulama di bidang tsaqafah Islam (bahasa Arab, ulumul Qur’an, ulumul Hadits, tafsir, fikih, ushul fiqih, dll) sudah tidak terhitung lagi secara pasti. Di kalangan Ahlus Sunnah saja, selain empat Imam Mahzab (Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hanbali), kita mengenal as-Suyuthi, Ibnu Taimiyah, al-Ghazali, dll. Imam al-Ghazali misalnya, yang dijuluki ‘Hujjah al-Islam’ telah menghasilkan lebih dari 100 judul buku dari berbagai disiplin ilmu. Ihya Ulumuddin hanyalah salah satu masterpiece-nya.

Negara Islam pada saat itu juga amat memperhatikan berbagai sarana penunjang mutu pendidikan. Beasiswa merupakan pemandangan biasa yang selalu diberikan kepada seluruh warganya, karena memang pada saat itu pendidikan bebas biaya. Khalifah (kepala Negara Darul Islam) memahami bahwa pendidikan rakyat adalah sebuah tanggung jawab Negara. Ini amat berbeda dengan kondisi sekarang dimana pendidikan begitu terasa mahal karena dampak dari liberalisasi sektor pendidikan.

Bukti lain dari perhatian Daulah Islamiyah terhadap pendidikan adalah tersebarnya perpustakaan di seluruh kekuasaan negeri kaum muslim tersebut dengan buku yang cukup lengkap. Bahkan salah satu perpustakaan di masa Kekhilafahan Bani Abasyiah, yaitu Fathimiyyin mempunyai koleksi buku sejumlah 1.600.000 buah, di mana pada saat yang hampir bersamaan, gereja Canterbury di Inggris yang merupakan perpustakaan Masehi terbesar dan terkaya di Eropa saat itu hanya memiliki koleksi buku sebanyak 1.800 buah.

Pada masa rentang kekuasaan Islam, bahasa Arab di pakai sebagai bahasa ilmu pengetahuan yang di pelajari oleh siapa saja. Ada dua keistimewaan pada kaum muslim dengan diberlakukannya bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Pertama adalah kemudahan untuk mempelajari Islam dari sisi teks dan makna, mengingat Islam diturunkan dengan bahasa Arab dan turun di jazirah Arab, tentunya literatur dan karya-karya keislaman yang ditulis pada awalnya menggunakan bahasa Arab. Maka sangatlah tidak mungkin untuk mengerti secara mendalam tentang keIslaman apabila kita tidak memahami bahasa Arab. Kedua adalah tetap bisa berkarya dan mempelajari Ilmu pengetahuan umum tanpa meninggalkan salah satu unsur keIslaman yaitu bahasa Arab.

Pengajaran tsaqofah Islam diajarkan pada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas . Di mana tsaqofah Islam bukanlah sebatas ilmu akhlak dan ibadah, namun juga mencakup mu’amalah seperti ekonomi, pemerintahan, sosial, budaya, politik yang kesemuanya di landaskan pada ajaran keislaman.

Berbeda dengan tsaqofah Islam, Ilmu Pengetahuan (sains) diajarkan sesuai dengan keperluan, kemampuan dan kemauan siswa. Ketika seorang siswa yang walaupun baru setingkat SMP atau SMA sudah berkeinginan mendalami Ilmu Kedokteran, maka ia akan segera diberikan ilmu tersebut. Bahkan seandainya seorang siswa sudah berkeinginan dan di pandang mampu untuk mendalami ilmu nuklir, maka ia akan segera diberikan ilmu tersebut. Dengan demikian kesan terlalu berbelit-belit dalam menuntut ilmu tidak akan terjadi di dalam Islam.

Demikianlah gambaran kecil tentang kebesaran peradaban Islam yang ditopang dengan tradisi keilmuan yang sangat kental di kalangan kaum muslim pada masa itu. Mengenai kebesaran itu Jaques C. Reister salah satu sejarawan barat pernah berkomentar, “selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatan, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi“.

Lalu bagaimana dengan kondisi pendidikan kita sekarang? Tentu kita akan mengurut dada karena semua cerita dan sejarah peradaban Islam masa lampau tersebut, jangankan untuk diaplikasikan kembali membayangkannya saja kita sulit. Ini tidak lain adalah karena diterapkannya ideologi kufur ditengah-tengah kita.

Ingatlah bahwa kemajuan suatu peradaban tidak pernah berasal dari peradaban yang lain di luarnya, dan Islam menjadi sebuah peradaban besar bukan karena mengambil atau mencampur ideologi lain di luarnya yang sudah jelas kebobrokannya dihadapan kita. Islam pada masa nya menjadi besar tidak lain karena ia diemban sebagai sebuah ideologi yang diterapkan oleh negara (Daulah Khilafah Islamiyah) ditengah-tengah rakyatnya. (http://ferza.wordpress.com/mugiwara no nakama)