Jumat, 14 Mei 2010

edukasi ekonomi dilingkungan masjid

Tema : edukasi ekonomi dilingkungan masjid

Oleh : Saifuddin, S.sos


Ekonomi adalah salah satu pilar kejayaan suatu kaum

Islam menggalakkan umatNya bekerja sungguh-sungguh untuk meraih keuntungan duniawi. Semua kekayaan yang dianugerahkan Allah hendaklah dibelanjakan di jalan Allah. Rasulullah saw berpesan agar umat Islam tidak memberatkan masalah ibadat yang sebenarnya mudah dilakukan, sampai pada tahap berlebih-lebihan sehingga menyusahkan diri sendiri. Islam menghendaki umatnya kaya dengan harta benda agar tidak ditindas karena kemiskinan hanya membuat kita terus mencari bantuan.

Berkorbanpun dapat dilakukan dengan harta benda (amwaal). Yaitu dengan zakat, infak, shadaqah, mengorbankan harta untuk membangun sarana pendidikan, sarana ekonomi, sarana kesehatan, dan lain-lain yang bertujuan untuk membangun kekuatan umat. Hal ini ditegaskan pada dalam surat Al Anfal ayat 60: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)."

Dalam pandangan umum sering muncul asumsi bahwa masjid tidak boleh dimasuki oleh urusan keduniaan dengan memutuskan hubungannya dengan segala atribut yang mengarah kepada kebendaan, dan pada akhirnya terbentuklah opini "kalau masjid harus berisikan agenda keakhiratan semata-mata." beberapa hal yang mendasari pemikiran perlunya mengembangkan ekonomi berbasis kemasjidan dengan landasan Q.S. al-Tawbah/9: 17, "bahwa orang yang mampu mensinerjikan masjid itu adalah orang yang sebenar-benar beriman."

Perlunya memberdayakan ekonomi umat yang berbasis masjid

Di samping itu, masjid juga harus membantu jamaah yang mengalami kesulitan ekonomi. Bantuan ini dilakukan dalam bentuk bantuan cuma-cuma seperti pemberian beasiswa, santunan yatim, dan dhuafa. Atau dalam bentuk pinjaman lunak atau modal usaha yang menuntut adanya bagi hasil yang diatur melalui perjanjian yang sama-sama menguntungkan.

Para ulama Islam sepanjang sejarah -khususnya sampai abad 10 Hijriyah- senantiasa melakukan kajian ekonomi Islam. Karena itu kitab-kitab Islam tentang muamalah (ekonomi Islam) sangat banyak dan berlimpah. Para ulama tidak pernah mengabaikan kajian muamalah dalam kitab-kitab fikih mereka dan dalam halaqah (pengajian-pengajian) keislaman mereka.

Tetapi kini terjadi keanehan yang luar biasa, kajian-kajian ekonomi Islam jarang sekali di masjid-masjid. Tradisi keilmuwan ekonomi yang eksis di masa silam harus dihidupkan kembali di masjid-masjid. Agar fungsi masjid sebagaimana zaman Rasulullah saw. dapat diwujudkan kembali.
Banyak kendala yang dihadapi dalam mendorong masjid-masjid untuk menjadi pusat pemberdayaan masyarakat. Salah satu penyebab terjadinya kendala tersebut adalah pengurus masjid (nazir masjid) yang tidak memiliki kapabilitas dan berwawasan sempit dalam beragama.

Padahal nazir (pengurus) masjid -khususnya yang membidanngi dakwah- sangat menentukan untuk kebangkitan kembali peradaban Islam seperti masa lampau dan juga sangat menentukan maju-mundurnya umat Islam. Nazir masjid yang berwawasan sempit hanya tertarik dengan kajian spiritual belaka. Sehingga mereka mengundang para ustadz yang ahli fiqih ibadah dan ahli teologi/sufistik saja.
Nazir masjid sangat jarang (kalau tak ingin mengatakan tak pernah sama sekali) membahas materi ekonomi Islam. Padahal mengkaji ekonomi syariah hukumnya wajib. Selama ini materi ceramah kurang seimbang. Sangat jarang membahas kajian muamalah (ekonomi Islam).

Padahal ekonomi Islam adalah bagian penting dari ajaran Islam. Masalah ekonomi adalah masalah paling mendesak/urgent (dharury). Para ulama masa lampau tak pernah mengabaikan kajian muamalah (ekonomi Islam). Hal itu bisa dibuktikan dalam kitab-kitab hasil karya mereka.


Dr. Ahmad Sutarmadi, dalam bukunya yang berjudul "Masjid: Tinjauan Alquran, Sunnah dan Manajemennya" menyebutkan "bahwa pengembangan ekonomi berbasis kemasjidan telah lama ada, dan dikenal di Indonesia. Hal ini dibuktikan dalam lintasan sejarah panjang perkembangan bahwa Indonesia, pada saat baru saja mulai berkembang, peran masjid sangat besar sekali membantu perkembangan bangsa Indonesia. Perkembangan itu termasuk ekomomi umat, karena para da’i yang berasal dari Arab adalah umumnya para pedagang, dan saat itu juga pasar dan ekonomi yang bersentralkan masjid sudah dimulai." Dari sini dapat dilihat bahwa peran masjid bukan hanya mampu sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pemersatu suatu bangsa.

Dalam tataran lebih praktis saya melihat akibat terhentinya ekonomi berbasis kemasjidan, ini jugalah yang menyebabkan bangsa Indonesia mengalami kemunduran ekonomi, yang memaksa bangsa ini untuk mencari pinjaman hutang ke negara lain, dan ditambah lagi kenyataan yang tidak berpihak terutama saat didera oleh krisis moneter yang "mematikan" para pelaku ekonomi kecil, yang berujung banyaknya badan usaha yang terpaksa harus "gulung tikar", dan meningkatnya angka pengangguran, disebabkan ekonomi dijalankan tidak berdasarkan kesatuan. Kalaulah seandainya ekonomi dibangun atas basis kemasjidan tentu itu tidak akan pernah terjadi, disebabkan kekuatan ekonomi berbasis kemasjidan berpusat pada kebersamaan yang bersifat kejama’ahan.

Betapa pentingnya edukasi, syiar, dan pendampingan yang komprehensif dan terus-menerus kepada umat tentang prinsip-prinsip dasar muamalah serta implementasinya sebagaimana dicontohkan Nabi kita yang terkenal sikap kejujuran dan kecerdikannya dalam bermuamalah.

Gerak ekonomi itu hanya akan terujud apabila masjid sebagai basisnya pergerakan ekonomi itu. Karena masjid milik semua umat. Jadi, tidak ada satupun yang boleh mengambil keuntungan semata dari proses ekonomi itu, melainkan ekonomi yang "dimainkan" umat, hasilnya kembali untuk umat terutama untuk pengembangan ekonomi yang memiliki kekuatan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial umat, dengan menekan harga kebutuhan pokok yang tinggi menjadi rendah, mengadakan barang yang sulit dicari, dan terwujudlah pasar murah, ekonomi lancar.

Pada saat yang bersamaan pula, sangat dapat dipastikan bahwa umat pun semakin cinta, dan rajin akan datang ke masjidnya. Dengan demikian gagasan ekonomi keumatan berbasis kemasjidan dimaksudkan sebagai upaya pengimplementasikan potensi masjid terutama dengan menjadikan masjid sebagai sentral ekonomi umat yang dijalankan atas kepentingan kejama’ahan dengan menghadirkan lembaga usaha milik masjid yang memang sebenarnya telah lama dikenal dalam sejarah perkembangan masjid, dan telah dipraktekkan Nabi dan sahabatnya pada generasi awal perkembangan Islam. Sesungguhnya inilah yang saya maksud dengan gerakan ekonomi umat berbasiskan kemasjidan dengan harapan setidaknya masjid menjadi "barang yang hidup" ditengah kehidupan umat, dan dirasakan manfaatnya oleh secara keseluruhannya umat.

Jason Mraz - Im Yours

Jason Mraz - Im Yours

Well you done done me and you bet I felt it
I tried to be chill but you're so hot that I melted
I fell right through the cracks
and now I'm trying to get back
Before the cool done run out
I'll be giving it my bestest
Nothing's going to stop me but divine intervention
I reckon it's again my turn to win some or learn some

I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm yours

Well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find love love love love
Listen to the music of the moment people dance and sing
We're just one big family
And It's our God-forsaken right to be loved love loved love loved

So I won't hesitate no more, no more
It cannot wait I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours

Scooch closer dear
and i will nibble your ear

I've been spending way too long checking my tongue in the mirror
And bending over backwards just to try to see it clearer
My breath fogged up the glass
And so I drew a new face and laughed
I guess what i be saying is there ain't no better reason
To rid yourself of vanity and just go with the seasons
It's what we aim to do
Our name is our virtue

I won't hesitate no more, no more
It cannot wait I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
this is our fate, I'm yours

Well no no, well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find the sky is yours
Listen to the music of the moment come and dance with me
A lá one big family (2nd time: A lá happy family; 3rd time: A lá peaceful melody)
It's your God-forsaken right to be loved love love love

I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours

No please, don't complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours

No please, don't hesitate
no more, no more
It cannot wait
The sky is your's!

Rabu, 05 Mei 2010